Keunikan dari Rumah Adat Toraja

Tongkonan adalah rumah adat masyarakat Toraja yang merupakan tempat tinggal, kekuasaan adat, dan perkembangan kehidupan sosial budaya masyarakat Toraja.[1] Arsitektur Tongkonan dikenal dengan bentuknya yang khas melalui struktur bawah, tengah dan atas yang memiliki keindahan estetis dalam struktur dan konstruksinya. Mekanisme sistem struktur membentuk sistem estetika arsitektur.

Tongkonan tidak lagi digunakan sebagai rumah tinggal tetapi tidak lagi berpenghuni karena setiap keluarga yang mendiami Tongkonan pada umumnya telah membangun rumahnya sendiri.Rumah adat tongkonan yang penuh dengan ukiran ini memiliki makna yang melambangkan status sosial pemilik tongkonan yang menempati lapisan atas.

Arsitektur tongkonan dikenal dengan bentuknya yang khas melalui struktur bawah, tengah dan atas yang memiliki struktur dan konstruksi estetis yang indah. Setiap bagian memiliki struktur dan sistem konstruksi yang berbeda.

Sistem struktur dan konstruksi di Tongkonan adalah struktur jamak, gaya reaksi dari suatu anggota struktur menjadi beban kerja pada anggota struktur yang menahannya. Sistem struktur utama rumah Tongkonan adalah sistem rangka. Rangka lantai atas merupakan bagian dari dinding yang juga berfungsi untuk memikul beban atap. Beban pada dinding bangunan ditransmisikan ke kolom truss, dan sebagian besar beban ditransmisikan melalui tumpuan ke tanah.

Konstruksi rangkap tumpang tindih dan pengikatan material bambu serta ditopang oleh tiang penyangga memberikan kekuatan struktural sehingga bagian ini juga dapat berdiri sendiri dan terpisah dari bagian konstruksi tongkonan lainnya. Konstruksi rumah adat Tongkonan ini terbuat dari kayu tanpa menggunakan unsur logam seperti paku. Tongkonan atau rumah adat Toraja, selalu berbentuk persegi panjang, ukuran panjang dan lebarnya telah disebutkan di atas. Ragam ornamen atau ukiran pada Tongkonan merupakan simbol harapan agar penghuni rumah dapat hidup sejahtera.

Dinda